Italia



Republik Italia (bahasa Italia: Repubblica Italiana atau Italia) adalah sebuah negara di Eropa selatan yang terdiri dari sebuah semenanjung yang berbentuk sepatu boot dan dua pulau besar di Laut Tengah: Sisilia dan Sardinia. Italia berbagi perbatasan bersaljunya di utara dengan Perancis, Swiss, Austria dan Slovenia. Negara San Marino dan Vatikan adalah enklave di dalam wilayah Italia.Daftar isi [sembunyikan]

1 Daerah

2 Geografi

3 Demografi

4 Lihat pula

5 Pranala luar



[sunting]

Daerah



Italia dibagi menjadi 20 daerah (regioni, tunggal: regione); lima di antaranya mempunyai status otonomi khusus, ditandai dengan *:

Abruzzo

Basilicata

Calabria

Campania

Emilia-Romagna

Friuli-Venezia Giulia *

Lazio

Liguria

Lombardia

Marche

Molise

Piemonte

Puglia

Sardinia (Sardegna) *

Sisilia (Sicilia) *

Toscana

Trentino-Alto Adige *

Umbria

Valle d'Aosta *

Veneto



Semua daerah, kecuali Valle d'Aosta, dibagi lagi menjadi dua provinsi atau lebih.

[sunting]

Geografi

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Geografi Italia



Italia terdiri dari semenanjung besar yang menyerupai sepatu boot yang memanjang ke Laut Mediterania, bersama dengan dua pulau besarnya Sisilia dan Sardinia. Di timur-laut adalah Laut Adriatik, di tenggara Laut Ionia, kemudian Laut Tirenia di barat-daya dan Laut Liguria di barat-laut.



Pegunungan Apennina menjadi tulang belakang semenanjung ini, memanjang ke arah barat laut hingga bergabung dengan Alpen, barisan pegunungan yang membentuk lengkungan yang membatasi Italia di sisi utara. Di wilayah ini juga ditemukan dataran alluvial besar, dataran Po-Venesia, yang dialiri oleh Sungai Po dengan banyak anak sungainya mengalir dari Alpen, Apennina dan Dolomites. Sungai terkenal lainnya termasuk Tiber, Adige, dan Arno.



Titik tertingginya adalah Gunung Blanc (Monte Bianco) pada 4.810 m. Namun demikian, Italia biasanya lebih dikaitkan dengan dua gunung berapi yang terkenal: Vesuvius dekat Napoli yang sekarang ini tidak aktif dan Etna yang sangat aktif di Sisilia.

[sunting]

Demografi

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Demografi Italia



Penduduk Italia sebagian besar beragama dan berbahasa sama namun dengan budaya, ekonomi, dan politik yang beragam. Italia memiliki kepadatan penduduk terbesar kelima di Eropa dengan 196 penduduk per kilometer persegi. Kelompok minoritas penduduk asli kecil jumlahnya.



Meskipun Katolik Roma adalah agama mayoritas (85% kelahiran di Italia umumnya beragama Katholik), ada beberapa komunitas yang merupakan bagian Gereja Protestan, dan juga Bené Roma yang telah menjalankan Judaisme di Italia selama ribuan tahun. Dan ada juga komunitas imigran Muslim (lihat: Islam di Italia).

[sunting]

Lihat pula

Anoia

Daftar tokoh Italia

Pesisir Amalfi

Alfa Romeo

Ferrari

Fiat

Lamborghini

Lancia

Maserati

Pagani

Makanan: spageti, pizza, Pandoro, Panettone.

Hubungan luar negeri Italia

Daftar Universitas di Italia

Militer Italia

Pariwisata di Italia

Transportasi di Italia

Mafia

Vespa

Valentino Rossi


Kesuksesan Yamaha dalam pencapaian target penjualan pada tahun 2009 dan meningkatnya market share Yamaha secara keseluruhan tidaklah lepas dari peran seluruh pecinta dan pengguna motor Yamaha yang ada di Indonesia. Yamaha mengucapkan terimakasih atas kesetiaan konsumen Indonesia yang telah bersama-sama dengan Yamaha melewati tahun 2009 dengan sukses.



Tahun 2009 bisa dibilang merupakan tahun di mana Yamaha benar-benar bersinar bintangnya. Hal ini dibuktikan dengan prestasi Yamaha di dunia balap nasional dan internasional, yang diantaranya adalah Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo yang telah berhasil menjadi juara 1 dan juara 2 pada ajang balap MotoGP. Prestasi yang tidak dimiliki oleh pabrikan dan team lainnya ini sekali lagi membuktikan bahwa team Yamaha adalah team yang terus berjuang untuk hasil yang terbaik.



Kesuksesan penjualan di dalam negeri dan kesuksesan di ajang balap internasional ini tentunya memang tidak secara langsung berhubungan. Akan tetapi Yamaha menyadari apabila kedua kesuksessan ini tentunya terwujud dikarenakan adanya sebuah hubungan yang saling berkaitan antara satu sama lain, yang pada akhirnya membuat dua hal yang terlihat tidak berhubungan ternyata memiliki keterikatan hubungan.



Keberhasilan penjualan Yamaha di Indonesia ini tentunya juga merupakan keberhasil bagi seluruh pecinta dan pengguna motor Yamaha. Dan untuk itu sebagai wujud ungkapan terimakasih Yamaha terhadap konsumen Indonesia, Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo akan kembali datang untuk mengunjungi fans setianya di Indonesia.



Berikut scedule kedatangan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo di Indonesia



Berikut scedule kedatangan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo di Indonesia:

Tanggal : 28 Februari 2010

Kota : Bandung (Jorge Lorenzo), Medan (Valentino Rossi)



Tanggal : 01 Maret 2010

Kota : Surabaya (Valentino Rossi), Yogyakarta (Jorge Lorenzo)



"Semakin di Depan" di YZR-M1 Rossi dan Lorenzo

Pada kesempatan kali ini, selain akan menemui para fans nya di Indonesia. Kedua pembalap penguasa sirkuit MotoGP ini juga akan sekaligus memperlihatkan untuk pertama kalinya tulisan "Semakin di Depan"pada motor Yamaha YZR-M1 46 milik Valentino Rossi dan 99 milik Jorge Lorenzo. Hal ini tentunya menjadi moment yangsangat membagakan untuk masyarakat Indonesia. Dengan di cantumkannya tulisan "Semakin di Depan" pada motor Rossi dan Lorenzo, maka hal ini menjadi sejarah pertama kalinya tulisan dalam bahasa Indonesia terpampang di motor sang juara dunia dunia MotoGP.



Dengan kuatnya loyalitas konsumen Yamaha di Indonesia dan tangguhnya pembalap Yamaha di ajang lokal maupun international, hal ini menjadi pemacu Yamaha untuk terus berinovasi dan menjadi Semakin di Depan.



Lihat profil Valentino Rossi & Jorge Lorenzo.





gambar

Kamis, 03 Juni 2010

yamaha pertahanan lorenzo

Jorge Lorenzo Tetap Bersama Tim Fiat Yamaha Hingga Musim MotoGP 2010

, , ,

Setelah sempat hangat dibicarakan bahwa dia akan hengkang dari tim pabrikan Fiat Yamaha menyusul kontrak dia yang akan habis bersama tim pabrikan Yamaha tersebut, dan juga sempat didekati oleh beberapa tim MotoGP lainnya seperti Ducati Marlboro dan Repsol Honda, akhirnya rider asal Spanyol ini memutuskan bahwa dia akan tetap bersama tim Fiat Yamaha hingga musim 2010 nanti, dan tetap menjadi partner Valentino Rossi tentunya.

Kalau menurut saya sih dilihat dari durasi kontrak yang diperpanjang sepertinya Jorge Lorenzo ini masih sedikit ragu untuk terus bersama tim Fiat Yamaha. Di balapan MotoGP musim ini kita sering sekali menyaksikan dia berduel sengit dengan The Doctor, berduel dengan rekan se-tim sendiri tentu akan terasa sedikit kagok jika dibandingkan berduel dengan rider lain dari tim lain, itulah mungkin salah satu alasan yang mendasari keragu-raguan Jorge Lorenzo untuk terus bersama tim Fiat Yamaha, ya.. bukan masalah motor karena motor Yamaha di balapan MotoGP boleh dibilang merupakan motor yang paling perfect lah dibandingkan motor-motor lain yang ada saat ini

fiat yamaha pertahankan duel

11-Nov Tim Fiat-Yamaha Bocorkan Sukses Rossi Raih Juara Dunia

3556684987Tim Fiat Yamaha membocorkan sukses yang diraih pembalapnya Valentino Rossi menggondol juara dunia 2008. Direktur tim yang juga pimpinan dari Yamaha Motor Comp. MotoGP Group, Masahiko Nakajima melakukan presentasi mengenai keberhasilan tim dan sang pembalap, The Doctor.

Ketika mempresentasikan, Masahiko menjelaskan, buruknya performa YZR M1 selama 2006 dan 2007 menjadi masukkan buat tim melakukan pengembangan. Kesalahan memang bukan pada pembalap, Valentino Rossi yang tahun lalu hanya memenangkan empat seri dan delapan kali naik podium.

Hasil itu membuat posisinya menduduki peringkat ketiga. Hasil terburuk buat pembalap kelahiran Urbino, Italia sejak menapakkan karir di GP 500 bahkan terendah sejak ia mengikuti balapan di kelas 125 cc pada 1996.

Dari penelitian tim Yamaha, kekalahan sepedamotor mereka dari Ducati dan Honda dikarenakan tiga masalah. Pertama, daya tahan dan performa mesin yang kurang bagus. Terutama di soal akseleresi dan kecepatan maksimumnya sangat jelek. Ini dikarenakan tingginnya temperatur air dan oli.

Faktor kedua, borosnya konsumsi bahan bakar. Ini dikarenakan miskinnya campuran udara dan bahan bakar saat balapan.

Terakhir (ketiga), tidak ditemukannya keserasian antara ban dan sasis. Akibatnya, keseimbangan antara daya cengkeram depan dan belakang jelek, termasuk saat di tikungan. Kendala ini membuat Rossi sulit bisa mengimbangi Casey Stoner bersama Ducati dan Dani Pedrosa dengan Honda RC212V.

Solusinya, meningkatkan performa ban secara maksimum. Di sini, Rossi tak ingin memakai ban Michelin menghadapi musim kompetisi 2008. Ia lebih memilih Bridgestone, yang beberapa seri terakhir diikuti pembalap repsol-Honda, Dani Pedrosa.

Kemudian mendongkrak tenaga dapur pacu secara maksimal dan terakhir mengiritkan pemakaian bahan bakar. Untuk mendapatkan kedua unsur ini, pihak Yamaha mengoptimalkan pemakaian piston dan ring, mengganti diameter crankshaft, mengubah sistem pengisian oli dan mengganti semua permukaan komponen mesin dengan bahan yang lebih bagus.

Sektor lainnya, dimensi sasis diubah disesuaikan dengan ban (untuk Rossi karena beralih ke bridgestone). Untuk memaksimalkan performa ban dipakai Engine Management System (EMS).

Perubahan itu membuat tenaga meningkat 12 persen dan torsi naik sekitar 8 persen. Pantas ketika ke luar tikungan, terkadang Rossi bisa melesat cepat menjauh dengnan Stoner, meski pada trek lurus dapat ditempel lagi.

Seperti persaingan dengan Ducati di sirkuit Laguna Seca. Tampak, setiap ke luar tikungan – apalagi belokannya tajam – tenaga Yamaha YZR M1 begitu galak. Kemudian menaklukkan tikungnan “S” tenaga motor Rossi selalu padat.

Tak heran, musim kompetisi 2008 sebanyak 18 seri, Yamaha menguasai 10 seri, sembilan disumbangkan Rossi dan satu oleh rekan setimnya, Jorge Lorenzo. Hebatnya, setiap seri, Yamaha acap menempatkan pembalap di podium kemenangan (24 kali naik podium oleh kedua pembalap) dan 7 kali merebut posisi start terdepan

2 Tanggapan - tanggapan ke “11-Nov Tim Fiat-Yamaha Bocorkan Sukses Rossi Raih Juara Dunia”

yamaha

Fiat Yamaha Pertahankan Duet Rossi-Lorenzo

Fiat Yamaha Pertahankan Duet Rossi-Lorenzo

LE MANS, JCDnews - Kontrak Rossi sebenarnya akan selesai pada akhir musim ini. Namun, Tim Fiat Yamaha tak ingin duet Valentino Rossi-Jorge Lorenzo terhenti. Tim Fiat Yamaha pun akan mempertahankan duet jagoannya itu hingga musim balap 2011.

Bos tim Fiat Yamaha MotoGP Lin Jarvis mengatakan, duet Rossi dan Lorenzo membuat Fiat Yamaha menjadi tim yang sangat atraktif. "Itu adalah program kami," ungkap Jarvis kepada Gazzetta dello Sport.

"Harga mereka terlalu mahal? Saya tidak memikirkannya karena itu hanya persoalan uang," Kata Jarvis. "Kami bisa memberikan kepada mereka sebuah bayaran yang sesuai dengan harga mereka, plus situasi teknis yang sangat menarik dan motor," lanjutnya.

Jarvis mengaku tidak senang dengan pembicaraan pasar pada musim ini. “Meskipun demikian, kami harus menerimanya sehingga kami akan berbicara dan berharap bisa memastikan komposisi tim untuk musim 2011 pada pertengahan musim, mungkin di Laguna Seca (23-25 Juli), supaya bisa fokus menghadapi paruh kedua musim ini," katanya.

Soal Lorenzo yang akan dipinang Ducati dengan bayaran tinggi, Jarvis mengatakan, pihaknya tidak ingin bertarung dengan Ducati dalam hal finansial untuk mempertahankan Lorenzo.

"Jujur, kami tak tertarik bertarung untuk mempertahankannya. Fiat sangat gembira dan mereka siap melangkah dengan orang yang sama,” katanya.

Sementara itu, Honda juga sedang mengincar Rossi atau Casey Stoner untuk line-up mereka pada musim mendatang. hal itu dikatakan Wakil Presiden HRC Shuei Nakamoto.

"Kami belum memiliki program untuk musim mendatang. Mungkin kami akan melakukannya pada bulan Juli.

Tetapi, kontrak empat pebalap terbaik akan segera berakhir sehingga wajar jika kami tertarik untuk mendapatkan mereka semua, termasuk Valentino," kata Nakamoto.

timnas italia

Tim nasional sepak bola Italia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Italia
Lambang asosiasi
Julukan Azzurri (Biru Langit)
Asosiasi Federasi Sepak bola Italia
(Federazione Italiana
Giuoco Calcio
)
Pelatih Flag of Italy.svg Marcello Lippi
Penampilan terbanyak Paolo Maldini (126)
Pencetak gol terbanyak Gigi Riva (35)

Team colours Team colours Team colours
Team colours
Team colours
 
Kostum kandang
Team colours Team colours Team colours
Team colours
Team colours
 
Kostum tandang
Pertandingan internasional pertama
Italia 6 - 2 Perancis
(Milan, Italia; 15 Mei 1910)
Kemenangan terbesar
Italia 9 - 0 Amerika Serikat
(Brentford, Inggris; 2 Agustus 1948)
Kekalahan terbesar
Hongaria 7 - 1 Italia
(Budapest, Hongaria; 6 April 1924)
Piala Dunia
Penampilan 15 (Pertama kali pada 1934)
Hasil terbaik Juara, 1934, 1938, 1982, 2006
Piala Eropa
Penampilan 7 (Pertama kali pada 1968)
Hasil terbaik Juara, 1968

Tim nasional sepak bola Italia telah 15 kali ikut dalam Piala Dunia FIFA. Mereka absen hanya pada 1930 dan 1958.

Federasi Sepak Bola Italia, Federazione Italiana Giuoco Calcio berdiri pada 1898 dan bergabung dengan Fédération Internationale de Football Association pada 1905. Italia adalah negara kedua setelah Brasil yang paling sering menjuarai kejuaraan bergengsi Piala Dunia dengan empat raihan trofi. Masing-masing diraih pada tahun 1934, 1938, 1982 dan 2006. Selain itu, pada 1968 Italia juga berhasil menjuarai Piala Eropa sebagai satu-satunya raihan trofi Henri Delauney yang pernah direbut. Tim Italia dijuluki Gli Azzurri atau "si biru langit" mengacu pada kostum utama mereka yang berwarna biru.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Prestasi Awal

Skuad Italia di Piala Dunia 1934

Tim nasional Italia pertama kali mencuat secara internasional pada tahun 1934 seiring dengan gelaran Piala Dunia yang diadakan di sana. Italia, yang saat itu di bawah komando Benito Mussolini berhasil meraih trofi mereka dengan bantuan beberapa Oriundi, atau pemain keturunan Italia yang pernah membela negara lain, terutama Argentina ada yang unik di Tim Italia yaitu 9 dari 11 pemain yang membela Gli Azzuri berasal dari klub Juventus seperti Giampiero Combi, Virginio Rosetta, Luigi Bertolini, Felice Borel, Umberto Caligaris, Giovanni Ferrari, Luis Monti, Raimundo Orsi dan Mario Varglien.

Empat tahun berselang Italia berhasil mempertahankan gelar dalam hajatan yang diadakan di Perancis. Sukses beruntun Italia tersebut tak lepas dari peran pelatih Vitorio Pozzo dan kapten tim Guiseppe Meazza. Sayangnya, Perang Dunia II memupus harapan Italia untuk mencetak hattrick setelah dibatalkannya Piala Dunia 1942. Menjelang Piala Dunia 1950, Italia mempunyai tim yang dihormati di kancah Eropa, di mana mayoritas pemainnya berasal dari klub Torino dengan bintangnya Valentino Mazzola. Sayangnya, sebuah kecelakaan pesawat merampas nyawa seluruh punggawa klub Torino, yang juga berarti mengurangi kekuatan Italia secara signifikan di ajang Piala Dunia yang digelar di Brazil pada 1950.

[sunting] Trofi Eropa

"Battle of Santiago" di Piala Dunia 1962 di Cili

Selepas tragedi tersebut, Italia tidak pernah berprestasi maksimal. Beberapa ajang Piala Dunia bahkan mencatat sejarah buruk Azzurri, di antaranya yang dikenal dengan "Battle of Santiago" pada Piala Dunia 1962 di Cili. Partai antara tuan rumah Cili dan Italia tersebut dikenang sebagai salah satu partai terbrutal dalam sejarah Piala Dunia menyusul banyaknya insiden antar pemain. Kekalahan memalukan selanjutnya adalah ketika Italia tersisih di tangan wakil Asia, Korea Utara di ajang Piala Dunia 1966 di Inggris.

Baru pada 1968, melalui pemain seperti Sandro Mazzola (putra dari Valentino Mazzola), Luigi Riva dan Omar Sivori, Italia merebut gelar prestisus Kejuaraan Eropa setelah mengalahkan Yugoslavia dalam partai puncak. Keberuntungan menaungi Italia ketika di semifinal mereka menyisihkan tim kuat Uni Sovyet melalui undian koin!

Tim yang memenangi Euro 1968 tersebut dipertahankan pada Piala Dunia 1970 di Meksiko. Italia melaju ke final setelah melewati partai yang dikenang sebagai pertandingan terbaik sepanjang masa oleh World Soccer melawan Jerman Barat yang dimenangi Italia dengan skor 4-3 setelah melewati dua kali perpanjangan waktu. Di final, Italia takluk di tangan tim Samba, Brasil, yang diperkuat bintang seperti Pele, Carlos Alberto dan sebagainya.

Sepanjang dekade 70-an, Italia hampa gelar. Satu-satunya prestasi terbaik setelah 1970 adalah tampilnya Italia di semifinal Piala Dunia 1978 di Argentina. Saat itu Italia dilatih oleh Enzo Bearzot dan masih menampilkan Dino Zoff, kiper yang merebut gelar Euro 1968 sebagai penjaga gawang utama.

[sunting] Era Enzo Bearzot

Menyongsong Piala Dunia 1982 yang digelar di Spanyol, kesebelasan Italia diguncang skandal setelah beberapa pemain dan klub lokal terlibat judi totonero. Di antara pemain yang terhukum adalah striker Paolo Rossi yang juga tampil di Argentina 78. Meski tidak banyak bermain di kompetisi akibat hukuman, Bearzot tetap memanggil Rossi sebagai salah satu pemain di Piala Dunia 1982. Bearzot juga masih mempertahankan Dino Zoff sebagai penjaga gawang, yang sekaligus mengukir rekor pemain tertua yang berlaga di Piala Dunia dengan usia lebih dari 40 tahun.

Italia memulai Piala Dunia dengan tidak meyakinkan setelah hanya lolos dari penyisihan Grup 1 dengan modal 3 kali seri. Di pertandingan pertama, kekuatan baru Eropa saat itu, Polandia berhasil menahan seri Italia. Tetapi, melawan tim yang dianggap kelas dua, Peru, Italia kembali hanya bisa memaksakan hasil imbang. Gol Bruno Conti dibalas Peru tujuh menit jelang pertandingan usai. Pertandingan selanjutnya lebih parah. Melawan Kamerun, yang notabene merupakan debutan di Piala Dunia, lagi-lagi Italia bermain seri 1-1. Gol dicetak oleh Francesco Graziani, striker Fiorentina pada saat itu. Mengumpulkan nilai 3 dari tiga kali imbang, poin Italia disamai oleh Kamerun. Italia beruntung punya tabungan mencetak gol yang lebih banyak daripada Kamerun.

Di babak selanjutnya, Italia tergabung bersama Grup C, grup maut yang dihuni oleh juara bertahan Argentina dan tim kuat Brasil yang diperkuat pemain handal macam Socrates dan Falcao. Italia beruntung bisa mengalahkan Argentina dengan skor 2-1. Dua gol dicetak oleh gelandang Marco Tardelli dan Antiono Cabrini. Hal itu memicu kecaman terhadap taktik Bearzot, dan stok penyerang yang dibawanya. Bearzot menerapkan taktik catenaccio, mengutamakan pertahanan yang ketat. Salah satu episode terkenal adalah penjagaan ekstraketat dari Claudio Gentile terhadap bintang Argentina, Diego Maradona.

Sebagai respon terhadap kritik, Paolo Rossi yang masuk tim secara kontroversial memperlihatkan ketajamannya, di antaranya menjebol tiga kali gawang Brazil di pertandingan kedua Grup C. Rossi membobol gawang Brazil dari menit ke-5, dan disamakan oleh Socrates pada menit ke-12. Rossi membawa Italia unggul sampai babak pertama berakhir ketika pada menit ke-25 dia mencetak gol keduanya di turnamen. Brazil membalas di babak kedua, dengan Falcao memjebol gawang Dino Zoff di menit 68. Selang 6 menit kemudian, Rossi melengkapi hattricknya dan membawa Italia unggul sampai pertandingan selesai. Kemenangan 3-2 itu membawa Italia memuncaki grup dan kembali menantang Polandia di semifinal.

Duel di semifinal yang merupakan ulangan duel di awal turnamen berhasil dimenangi Italia 2-0. Paolo Rossi mencetak gol keempat dan kelimanya di turnamen dengan memborong dua gol atas Polandia yang di antaranya diperkuat Zbigniew Boniek. Di lain pihak, Jerman Barat sukses menghempaskan Perancis lewat adu pinalti setelah skor imbang 3-3. Dua partai semifinal menghasilkan pertemuan klasik antara Jerman Barat dan Italia, ulangan semifinal Piala Dunia 1970 yang seru.

Duel antar juara dua kali Piala Dunia tersebut berakhir dengan kemenangan Azzurri. Magi Rossi kembali membawa tuah bagi Italia ketika dia mencetak gol keenam di turnamen ini sekaligus membuka skor. Marco Tardelli menambah keunggulan Italia, yang dilengkapi dengan gedoran Alessandro Altobelli untuk membawa negeri spaghetti itu memimpin 3 gol. Jerman hanya memperkecil kedudukan melalui satu gol Paul Breitner. Hasil akhir 3-1 untuk kemenangan Italia. Itu menjadi titel dunia ketiga bagi Italia sekaligus menyamai raihan titel Brasil. Paolo Rossi tampil sebagai pemain terbaik turnamen dan meraih sepatu emas dengan 6 gol-nya.

Ironisnya, Italia justru tidak lolos ke putaran final Euro 1984, meski masih bermaterikan tim juara dunia dan pelatih Enzo Bearzot. Prestasi Italia juga tidak meyakinkan selama sisa dekade 80-an, dan baru bangkit pada 1990 ketika mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia. Italia terhenti di semifinal oleh Argentina bersama Diego Maradona, yang merupakan juara bertahan, dalam drama adu pinalti. Di playoff, Italia berhasil mengalahkan Inggris dan merebut gelar hiburan sebagai peringkat ketiga.

Skuad Italia di Piala Dunia 1982

[sunting] Dekade 90-an

Pada 1994, Italia yang diperkuat bintang Juventus, Roberto Baggio dan beberapa pemain AC Milan berhasil melaju sampai final menghadapi Brasil. Baggio menjadi bintang ketika mencetak rangkaian gol penentu menuju final. Sayangnya, justru Baggio pula yang menjadi biang kekalahan Italia ketika dirinya gagal mencetak gol dalam drama adu pinalti. Selain Baggio, kapten Italia dan AC Milan, Franco Baresi juga gagal. Raihan Italia kembali disalip oleh Brasil dengan empat titel.

Tahun 1996 dan 1998 adalah catatan kegagalan Italia, masing-masing di Euro 96 (yang digelar di Inggris) dan Perancis 98. Italia tersisih di penyisihan grup setelah kalah dalam selisih gol dengan Republik Ceko. Di Piala Dunia 1998, Italia gagal di tangan Perancis melalui adu pinalti. Perancis kemudian meraih gelar juara Piala Dunia.

Duel antara Italia dan Perancis kembali berulang di final Piala Eropa 2000 yang digelar di Belanda-Belgia. Di final, Italia unggul 1-0 sampai menit terakhir injury time ketika penyerang Perancis Sylvain Wiltord membawa malapetaka dengan membobol gawang kiper Italia Francesco Toldo untuk memaksakan perpanjangan waktu. Di babak perpanjangan waktu, David Trezeguet berhasil mencetak gol untuk Perancis. Saat itu sistem permainan menggunakan sistem Sudden Death, sehingga Italia dipastikan kalah di final. Kekalahan tragis itu membayangi Italia di Piala Dunia 2002 setelah mereka dipukul oleh tuan rumah Korea Selatan. Pasca kekalahan di Piala Dunia 2002, kapten Paolo Maldini mengundurkan diri sekaligus mengukir rekor sebagai pemain dengan 126 caps, terbanyak sepanjang masa.

Drama berlanjut di Piala Eropa 2004. Pelatih Giovanni Trapattoni yang juga menangani Azzurri di Jepang-Korea 2002 gagal membawa Italia lolos penyisihan setelah hanya mengumpulkan nilai 5 dari tiga kali bertanding. Dua tim Skandinavia, Swedia dan Denmark menyisihkan Italia melalui hitung-hitungan selisih gol yang rumit. Kegagalan itu mengakibatkan Trapattoni mundur dan digantikan oleh Marcello Lippi.

[sunting] Piala Dunia 2006

Pelatih Marcello Lippi membawa Italia lolos ke Piala Dunia 2006 yang digelar di Jerman. Italia lolos ke Jerman setelah menjuarai grup dalam Kualifikasi Piala Dunia, dan kemudian tergabung dalam Grup E bersama Republik Ceko, Amerika Serikat dan Ghana. Sebelum Piala Dunia, skandal kembali marak ketika dakwaan terhadap beberapa klub yang mengguncang persepak bolaan Italia digulirkan. Kasus yang populer dengan istilah calciopoli tersebut menyita konsentrasi sejumlah pemain Italia yang klubnya terlibat.

Pada pertandingan pertama, Italia berhasil mengatasi Ghana dengan skor 2-0. Andrea Pirlo dan Vincenzo Iaquinta mencetak gol-gol untuk Italia. Di pertandingan kedua, Italia bermain imbang dengan Amerika Serikat, 1-1. Alberto Gilardino mencetak gol untuk Italia sebelum Cristian Zaccardo membuat gol bunuh diri untuk membuat pertandingan imbang. Pertandingan penentuan melawan Republik Ceko berhasil dimenangkan ketika Marco Materazzi dan Filippo Inzaghi mencetak dua gol kemenangan Italia sekaligus meloloskan tim Azzurri ke babak selanjutnya.

Di fase knock-out, Italia bertemu dengan Australia yang keluar sebagai runner up Grup F. Pertandingan dimenangkan pada menit terakhir ketika Francesco Totti berhasil mengeksekusi pinalti yang diberikan wasit akibat pelanggaran kepada bek Fabio Grosso oleh pemain Australia. Di perempat final, Italia menyisihkan Ukraina dengan skor 3-0. Luca Toni membuat dua gol, dan satu tambahan gol dari Gianluca Zambrotta membuat Italia melenggang ke semi final untuk pertama kalinya sejak 1994. Di semifinal, tuan rumah Jerman menantang Italia. Dalam pertandingan yang diadakan di Dortmund, kedua tim bermain terbuka dan atraktif sehingga banyak disebut sebagai pertandingan terbaik Piala Dunia. Italia mengulangi memori drama perpanjangan waktu Piala Dunia 1970, ketika jelang usai perpanjangan waktu kedua, Fabio Grosso mencetak gol mematikan dari dalam kotak pinalti. Alessandro Del Piero menyempurnakan malam untuk Italia sekaligus mengirim Jerman ke playoff tempat ketiga. Di final, Italia menghadapi Perancis yang lolos setelah menyingkirkan favorit Brasil dan Portugal.

Final Piala Dunia 2006 berlangsung di Berlin. Perancis memimpin terlebih dahulu melalui pinaltiZinedine Zidane setelah Florent Malouda terganjal Marco Materazzi. Tak lama kemudian, Materazzi membalas dengan mencetak gol sundulan menyambut tendangan pojok Andrea Pirlo. Materazzi pula yang menjadi aktor terusirnya bintang Perancis, Zidane, setelah dirinya ditanduk. Sampai berakhirnya dua kali perpanjangan waktu, kedua tim gagal mencetak gol dan pertandingan dilanjutkan dengan adu tendangan pinalti. Kelima eksekutor Italia berhasil menyarangkan gol, sementara David Trezeguet gagal mencetak gol untuk Perancis. Italia akhirnya menjadi juara dunia untuk keempat kalinya. Italia mencatat hanya dua kali kebobolan, satu melalui gol bunuh diri Zaccardo, dan satu melalui pinalti Zidane. Hasil itu membuktikan bahwa pertahanan masih menjadi tradisi Italia sesuai dengan pakem catenaccio yang mereka anut.

Skuad Italia di Piala Dunia 2006:

[sunting] Skuad

No. Pos. Nama Tanggal lahir/Usia Penampilan Klub
1 GK Francesco Toldo 1 Desember 1971 0 Flag of Italy.svg Inter Milan
2 GK Paolo Orlandoni 11 Agustus 1972 0 Flag of Italy.svg Inter Milan
3 DF Marco Materazzi 18 Agustus 1973 30 Flag of Italy.svg Inter Milan
4 DF Gulio Donati 4 Februari 1990 0 Flag of Italy.svg Inter Milan
5 DF Marco Andreolli 9 Juni 1986 19 Flag of Italy.svg AS Roma
6 DF Marco Motta 13 Mei 1986 32 Flag of Italy.svg AS Roma

piala dunia 2010

| Thursday 03 June 2010

Advertisement

All eyes off the pitch for South Africa's World Cup warm-up

South Africa finally get an opportunity to prove their readiness to host next summer's World Cup when the Confederations Cup kicks off on Sunday afternoon in Johannesburg.

All eyes off the pitch for South Africa's World Cup warm-up
Fitting in: South Africa finally get an opportunity to prove World Cup readiness Photo: AP

The eight-team tournament, featuring world champions Italy and the winners of each continental competition, is a small-scale dress rehearsal for the finals and the Organising Committee fully expect the world's media to be scrutinising the readiness of the country's infrastructure, stadiums and, above all, the security.

Hosts South Africa take on Asian champions Iraq in Ellis Park, Johannesburg, with European champions Spain later facing Oceania champions New Zealand in Rustenburg. Spain, Brazil and Italy have all taken strong squads to what promises to be an attractive event but there will be as much attention on events off the pitch as on it.

Security fears refuse to go away, especially in Johannesburg, a city with a notoriously high rate of violent crime. Reports in South Africa have focused on chaotic efforts to hire a private security firm to ensure supporter safety outside the grounds. There has been a last-minute change as Secutitas, believed to be the OC's first choice, walked away after talks over payment for guards collapsed. Chippa Protection Services have been hired in their place, but concerns remain that their guards lack the requisite training and that they are unable to provide VIP protection.

The FIFA president, Sepp Blatter, speaking in Johannesburg yesterday, was clearly impatient with continued doubts about security. "Why the hell do we keep getting these questions about security?" he said. "Give me one country in the world where they have perfect safety. Is there not now a little bit of envy when people ask why is Africa now getting the World Cup? We have to trust these people."

While the Confederations Cup will give some indication of the country's readiness, it cannot approach the scale of the World Cup, for which just over 70 per cent of the 640,000 tickets have been sold.

Danny Jordaan, the chief executive officer of South Africa 2010, points to the successful hosting of the IPL and the British and Irish Lions rugby tour in recent weeks. However, nothing can really prepare them for hosting the biggest event in world sport.